Monday, December 27, 2010
Sibuk tapi kosong
Tuesday, December 21, 2010
Tonight's Dinner : Nasi Goreng Ikan Bilis
Malam ni kita makan yang simple-simple je ye ahli bayt ku sayang.
Nasi goreng ikan bilis.
Saturday, December 18, 2010
Friday, December 17, 2010
SMS Merah Jambu
Senyum timbul dari wajahnya. Seperti ada kehangatan menjalar di dada yang membuatkan degupan jantungnya bertambah cepat. Akal sihatnya bertanya-tanya, "Kenapa dengan aku ni?" Namun segera disangkalnya, "Tak ada apa-apalah! Aku cuma gembira sebab ada rakan seperjuangan yang mendoakan."
Wednesday, December 15, 2010
Bubur Pulut Hitam
Bubur Pulut Hitam, buat berbuka puasa 9 Muharram 1432 H.
Kali ni dari dapur Bayt Annisaa' (Bayt Raihana, Asmat, Aini dan Nuha). Senang je, dan sedap!
Tuesday, December 14, 2010
Tonight's Dinner : Nasi Lemak
Hajatnya nak buat nasi lemak, tapi takde santan pulak.
Takpe la, versi sihat sikit.
Tadaaa, Nasi lemak tanpa lemak! (heh, tipu betul. walaupun tak guna santan, lemaknya tetap ada dimana-mana,huhu. Oke, tukar nama, Nasi lemak tanpa santan la,heee~)
Monday, December 13, 2010
Budak shomell
Sebenarnya dah lama nak tulis post tentang kamu Nur Farah Suraiya!
Tapi Allah masih tak izinkan lagi, jadi kakak letak gambar kamu jelah ye.
Rupanya-rupanya kamu mewarisi kecomelan kakak, hehe. Angah, Diklin dan Adik Eizz, jangan jelez pulak kakak tak letak gambar korang kat sini :D
Sunday, December 12, 2010
Tiada rahsia
Especially between mum and daughter.
Seriously, sangat gembira dan seronok bila dapat jadikan ummi sebagai best friend sendiri!
Saturday, December 11, 2010
I am not a genius, and I am happy with it :)
Thanx to Microbiology, akhirnya kita berkenalan juga kan?
Dunia mikroorganisma yang tak nampak dek mata kasar, tapi hakikatnya memang wujud dan sangat mengagumkan! (juga sangat banyak ye untuk dihadam untuk sekali exam! -.-')
Dalam kekalutan semua orang melayan makhluk-makhluk comel ini, maka terkeluarlah satu topik menarik ni. Gossip ke? Err, tak kot, hanya sedikit perkongsian sebagai selingan. Yela, mesti bosan jugak kan 24 jam dok menghadap buku Microb tu?
Topiknya: Genius vs hardwork
Wednesday, December 08, 2010
Tonight's Dinner : Limpa masak kicap & Daging masak sambal
Tiba-tiba rasa nak buat blog ni blog masakan.
Adeh, caca marba jadinya, blog rojak la kiranya ni. Resipi makanan jasadi pun ada, santapan rohani pun boleh, cetusan hati pun oke, pendek kata ini blog serba boleh la. O yeah! :)
Tak pe la, nama pun sedang mencari identiti diri. Jadi blog ini pun dalam proses 'mencari' brand-nya yang tersendiri.
Bertatih sebelum boleh mampu berlari di kemudian hari.
Monday, December 06, 2010
Maal Hijrah : Doa awal dan akhir tahun
Semoga tahun baru kita diberkatiNya :)
Friday, December 03, 2010
Buat yang bernama 'Cinta'
-Sebuah entri jiwang yang bakal dikutuk oleh sahabiah-sahabiah, saya amat yakin dan pasti!
Oke, saya ada satu soalan.
Apakah hormon dalam badan kita yang menyebabkan di usia ini, keinginan untuk mendirikan rumahtangga membuak-buak?
Atau dalam erti kata yang lebih mudah, menggedik dan gatal!
Wednesday, December 01, 2010
MencintaiNya melalui nama-namaNya
Walau sebanyak mana pun kebahagiaan material yang dikecapi, pasti hati akan berusaha mencari ketenangan di sisi Rabbnya, kerana itu fitrah.
Mencintai Allah, Pencinta yang Paling Dahsyat, adalah fitrah, kerana hati yang asalnya datang dari Dia, mana mungkin tidak ada langsung rasa terikat dengan Sang Pencipta.
Bercintalah..jika benar ia cinta
Saya sering ditanya "Berdosakah apabila jatuh cinta pada seseorang?". "Alhamdulillah kamu adalah manusia normal" Itulah kebiasaannya respon pertama saya.
Friday, November 26, 2010
Muroqib
Sunday, October 17, 2010
Janji
Friday, August 06, 2010
Tak nak puasa?
Mengapa Ramadhan tidak berkesan?
The Ramadhan Checklist
Friday, July 16, 2010
Syadidkah Kerjasama Muslimin Muslimat?
Sunday, July 11, 2010
The 21 Irrefutable Laws of Leadership
- The law of the lid. Every leader has a ceiling. Maybe you’re destined to be the supreme master of the universe or maybe you can’t even get your dog to come when you call him. Think about your leadership lid and what you can do to push it higher.
- The law of influence. Leadership is not about your title or position. It’s about leading. Can you lead in a situation where your title or position don’t matter? Practice some anonymous leading.
- The law of process. Leaders use a process whenever they build something. It makes your ventures repeatable and scalable. Build a step-by-step process for doing something.
- The law of navigation. Setting goals is important. Navigation takes it one step further because you’re plotting a course of actions that take you to the goal. Define a goal for yourself and plot a course to reach it.
- The law of E. F. Hutton. This law is taken from the old commercials “When E. F. Hutton speaks, people listen”. Find someone who’s a stronger leader than you are. Now just listen.
- The law of solid ground. Leaders build trust. Spend some time today building or strengthening the trust that someone has in you.
- The law of respect. Loyalty and respect take trust a step further. Think about who you would follow no matter where they wanted to go. And why.
- The law of intuition. With experience, you’ll build great instincts. Leaders go with their gut many times because they need to make quick decisions. Practice making quick decisions using your intuition.
- The law of magnetism. Leaders attract people like a magnet. And good leaders always attract the right people to get the job done. What kind of people do you need to attract? Figure out how you can do that.
- The law of connection. Remember, without people there’s nothing there. Network and really connect with someone today.
- The law of the inner circle. Every leader has an inner circle of people they trust and rely on. Inner circle people have great talents and vision of their own. Better than yours in some things. Start building your inner circle.
- The law of empowerment. To build a team, you have to give other people ownership of what they’re doing. You have to let them lead. Empower someone else and let them lead.
- The law of reproduction. Leaders create followers. Great leaders create other leaders. Start being a leadership mentor to someone today.
- The law of buy-in. You believe in someone’s ideas after you already believe in the person. Practice selling YOU instead of just your ideas.
- The law of victory. When something doesn’t work out, you learn something new. But it’s important not to start with that idea or else you might give in to it. Strive for nothing less than total victory today.
- The law of the big mo. Momentum is capital. With every success, you build momentum that makes the next success easier. Take something small and use its success to do something bigger.
- The law of priorities. Leaders are busy. And some things are more important than other things. Put together a list of everything you have to do and prioritize it from most important to least.
- The law of sacrifice. You have more responsibilities to other people and other things as a leader. Sometimes, you have to give something up to take care of those responsibilities. Sacrifice something you care about for someone else today.
- The law of timing. Opportunities are everywhere. One of the big things that makes something a good opportunity is timing. Recognize an opportunity and pounce on it right away.
- The law of explosive growth. To grow, you need to lead everyone in the right direction. To create explosive growth, you need to lead other leaders in the right direction. Reach out and start leading other leaders today.
- The law of legacy. Eventually, someone else will do what you’re doing right now. More than building other leaders, more than being a mentor, you have to build the leader that can take care of and do everything you can do. Start building a leader you can pass the baton to.
Friday, July 09, 2010
Mengasihani dan menghormati yang bernama lelaki
Thursday, July 08, 2010
Bukan mahasiswa biasa
Mahasiswa kurun ke 21 adalah mahasiswa yang meneroka, mengkaji, menjelajah dan menulis. Jika unsur-unsur seperti ini tiada pada diri mahasiswa maka mahasiswa akan ketinggalan dalam era serba fakta dan berilmu pengetahuan.
Seruan untuk menjadi 'orang baru' adalah seruan penting penuh bermakna. Sejarah mencatatkan betapa bernilainya menjadi orang baru yang bermanfaat kepada orang lain pada masa mendatang. Menjadi orang baru bererti melawan arus masyarakat semasa. Bertentangan dengan adat lazim manusia semasa. Menjadi orang baru meninggalkan jauh masyarakat ke belakang dan mengejar mutiara beharga di hadapan tanpa perlu menunggu masyarakat menerima dahulu.
Betapa ramai tokoh orang baru pada masa dahulu yang kini menjadi sebutan, bukti maha penting orang baru untuk membentuk masyarakat masa hadapan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ( 729H/1328M) terkenal sebagai orang baru ditengah-tengah masyarakat zamannya. Justeru itu pandangannya jauh berbeza dengan pandangan masyarakat semasa ketika itu. Padahnya beliau mati dijeriji besi di bawah penguasaan diktator yang sombong. Tapi manfaatnya sehingga kini fikrahnya, hujahnya, idealismanya dan prinsipnya megah diamalkan masyarakat beragama dan telah melahirkan jutaan ulama' yang hebat dan agung.
Al-Ghazali, satu contoh orang baru dizamannya. Nah, diumur 40 tahun sudah ratusan kitab dikarangnya. Sehingga nyawa dicabut pada umur yang muda, tapi meninggalkan khazanah ilmu yang maha hebat.
Di Tanah Melayu, muncul tokoh seperti Abdullah Munshi yang menjadi orang baru di zaman kegelapan masyarakat melayu ketika itu. Disaat masyarakat yang sibuk dengan perkara-perkara tahyul, seperti jin, hantu, syaitan dan iblis, Abdullah Munshi keluar dari bayangan kegelapan itu dengan menghasilkan karya penulisan yang gah sehingga ke hari ini.
Pada ketika itu beliau menulis tentang keburukan sikap lelaki Melayu Kelantan yang pemalas, duduk bersilang kaki di wakaf-wakaf, sedang wanitanya bertungkus-lumus bekerja di sawah padi dan di pasar-pasar. Walau ketika itu kritikan ini mendapat serangan negatif masyarakat ketika itu, tapi jelas terbukti kebenarannya pada masa sekarang. Lihatlah di majlis-majlis ilmu, berapa ramai mahasiswa hadir untuk mendengar berbanding mahasiswi. Bukti jelas kebenaran kata-kata Abdullah Munshi, ratus tahun dulu.
Inilah antara bukti betapa penting menjadi orang baru. Kita tak mahu menjadi solid seperti Ibnu Taimiyyah, Imam Ghazali, Ibnu Sina atau Abdullah Munshi. Kerana tokoh-tokoh yang sering kita sebut ini adalah hafalan di mulut semata-mata. Retorik kepada diri kita sahaja. Tapi kita mahu menjadi orang baru di zaman kita, sepertimana mereka menjadi orang baru di zaman mereka.
Jadi tiga gagasan yang ingin disebutkan ini merupakan faktor besar kepada perubahan mahasiswa bermula hari ini. Iaitu reformist, revivalist dan penjelajahan.
Mahassiwa hari ini perlu bersifat reformist pada diri dan masyarakat sekeliling. Suara kebangkitan perubahan perlu disokong dan didokong. Sudah 50 tahun mahasiswa dijajah pemikirannya dan berpuluh tahun juga mahasiswa disekat kebebasannya untuk bersuara. Jadi mahasiswa perlu bangkit untuk tidak lagi rasa dibelenggu dengan sekatan-sekatan itu.
Ruang untuk bergerak masih luas walau beratus rantaian dan sekatan kepada mahasiswa. Jangan sekali-sekali berhenti. Mahasiswa matang apabila mampu membangkitkan suara perubahan dan menggerakkan gagasan perubahan tanpa bimbang dengan sekatan-sekatan yang kecil itu.
Kemudian mahasiswa perlu bersikap revivalist, iaitu menggerakkan kebangkitan suara perubahan. Jangan menunggu suasana yang membangkitkan perubahan, tapi kitalah yang mencetuskan suara kebangkitan itu. Kalau mahasiswa menjadi penunggu setia di era kebangkitan generasi Homo Zapiens, nescaya mahasiswa akan kalah dan bakal menjadi mahasiswa kuno di kurun ke 17.
Gagasan yang ketiga ialah mahasiswa perlu menjelajah. Sungguh aib dan bodoh di kurun ke 21 ini, masih ramai lagi mahasiswa yang asyik menunggu cuti semester untuk pulang ke kampung halaman, membuang masa kosong tanpa memberi apa-apa manfaat. Jadikan masa cutimu untuk menjelajah segenap pelosok tempat yang boleh memberi satu pengalaman baru kepadamu.
Sekurang-kurangya bila berada di kampung, kajilah berapa ramai penduduk kampung yang masih belum mendapat bekalan air. Usahakan sesuatu supaya masyarakat kampung mendapat manfaat daripada kita selama 2 bulan cuti di kampung halaman.
Akhirnya melakukan perubahan adalah perbuatan dan perlaksanaan, bukan kata-kata manis dan bersemangat sahaja. Artikel seterusnya saya akan bincangkan bagaimana menghadapi generasi homo zapiens. Generasi online tanpa henti.
Monday, July 05, 2010
Ujian
"Berhentilah daripada mencari unsur luar, kerana semua itu ada dalam dirimu. Mahu bahagia atau derita, pilihlah sendiri. Mahu menafsirkan ujian sebagai kaffarah dari Allah, peluang untuk diperbaiki dan memperbaiki, atau mahu menafsirkannya sebagai bala bencana penyebab derita lagi sengsara,pilihlah sendiri"[Abu Saif]
Mengapa sukar untuk mencintaiNya?
Mengapa begitu sukar mencintai Allah? Ya, benar. Memang sukar mencintai Allah.Walaupun kita tahu bahawa Dialah yang sewajarnya kita cintai. Budi-Nya, kasih-sayang-Nya, nikmat-Nya terlalu banyak untuk dimungkiri. Segala kebaikan Allah yang dilimpahkan-Nya ke atas kita melebihi kebaikan manusia. Sekalipun manusia itulah yang paling baik dengan kita.
Hatta kasih ibu yang sejati itupun hanya ‘sekelumit’ jika hendak dibandingkan dengan kasih Allah yang melangit. Ya, sekali lagi kita bertanya kepada hati kita… kenapa sukar benar mencintai-Nya? Walaupun fikiran kita mengiyakannya, iaitu lojik dan patut kita mencintai Allah. Tetapi hati kita masih berat, masih sukar merasainya.
Mengapa hati sedegil itu? Untuk mengetahui kenapa, mari kita bandingkan hati kita dengan fizikal kita. Dalam keadaan badan sihat, kita boleh makan dengan berselera sekali. Hadapkan ayam goreng, asam pedas, tomyam atau apa sahaja masakan yang enak-enak, tentu mulut kita dapat menikmatinya dengan lazat.
Tetapi apa kata kalau badan kita tiba-tiba jatuh sakit? Demam selsema menimpa. Tekak kita jadi pahit, selera kita jadi sempit. Ketika itu, hidangkanlah makanan selazat manapun, insya-Allah mulut kita akan menolaknya. Yang manis terasa pahit. Segala-galanya bertukar menjadi hambar, kelat dan meloyakan.
Kenapa jadi begitu? Apakah makanan itu yang berubah rasa atau mulut kita yang berubah selera? Tidak, makanan tetap sedap. Tetapi bila badan kita sakit, selera kita akan pahit. Begitulah hati kita apabila tidak mahu mencintai Allah. Bukan kerana cinta Allah itu tidak agung, tidak hebat, tidak indah tetapi hati kita yang sakit.
Hati yang sakit tidak akan dapat menikmati keindahan cinta Allah seperti badan yang sakit tidak dapat menikmati kelazatan makanan. Jika perbandingan ini dapat diterima, maka kita boleh mengukur tahap ‘kesihatan’ hati kita.
Rupa-rupanya dalam kehidupan ini ramai manusia (termasuk kita) yang ‘sakit’ hati. Bila kita tidak dapat merasai cinta Allah, sebaliknya lebih cinta selain Allah, maka itulah tandanya hati kita sedang menderita kesakitan. Malah ‘sakit’ hati ini lebih buruk akibatnya daripada sakit fizikal.
Jika sakit fizikal akan menyebabkan kita menderita di dunia, sakit hati akibat gagal mencintai Allah akan menyebabkan kita menderita di dunia dan menderita di akhirat. Jika sakit fizikal berakhir dengan kematian, tetapi ‘sakit’ hati akibat lebih parah. Kita akan menderita selama-lamanya di akhirat.
Mengapa hati kita sakit?
Hingga dengan itu hati tidak bergetar lagi dengan cinta Allah? Bukankah cinta Allah itu fitrah? Ertinya, cinta Allah itu adalah ‘makanan’ atau ‘penawar’ kepada hati manusia. Sebelum menjawabnya izinkan saya membawa satu analogi. Katalah, ada seorang anak yang sejak kecilnya lagi sudah dipisahkan daripada ibunya yang sejati. Oleh kerana ada masalah yang tidak dapat dielakkan, anak itu dipelihara oleh ibu angkat. Masa berlalu bertahun-tahun. Hinggalah anak itu mencapai usia dua puluhan.
Tiba-tiba, si anak mengetahui rahsia yang dia sebenarnya cuma anak angkat sahaja kepada ‘ibunya’ sekarang. Dia pun mencari ibunya yang sejati. Ibu yang telah mengandungkan dan melahirkannya. Maka di hari pertemuan bersejarah itu (masih ingat program Jejak Kasih?), sianak pun bertemu dengan ibu sejatinya ditemani oleh ibu angkatnya.
Saya ingin bertanya, dan anda boleh menjawabnya… pada ketika itu, siapakah yang lebih dikasihi oleh sianak? Ibu sejati yang telah terpisah sekian lama itukah atau ibu angkatnya yang telah memelihara selama ini?
Anda pasti setuju kalau saya katakan, hati sianak akan lebih mengasihi ibu angkat yang telah memeliharanya selama dua puluh tahun berbanding ibu sejati yang baru dikenalinya pada hari pertemuan itu. Walaupun pada lojik dan dari segi rasionalnya, ibu sejati perlu dikasihi berbanding ibu angkat, tetapi dari segi perasaan sianak tidaklah begitu. Sayang bukan paksaan. Sayang bukan pemikiran. Tetapi ia soal rasa. Ia datang dengan sendirinya. Kenapa sayang dan cinta sianak tak mahu bertandang walaupun dia patut merasa begitu?
Kenal Allah Dari Alam Roh
Maka begitulah halnya dengan hati kita. Sebenarnya, sejak di alam roh lagi kita sudah kenal Allah dan mengakui Dialah Tuhan kita. Firman Allah:
“Bukankah Aku ini Tuhanmu? Maka semua (roh manusia) menjawab, ‘Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi.”
Al-A’raf : 172
Di alam roh lagi kita telah mengenal Allah. Bahkan telah mengakuinya sebagai Rob (Tuhan kita). Mengenal Allah ertinya mencintai Allah. Kerana siapa sahaja yang kenal Allah, pasti akan mencintai-Nya. Namun perlu diingat, mengenal dan mengetahui itu berbeza. Mengenal dengan hati, mengetahui dengan akal. Sebenarnya, hati kitalah yang telah mengenal Allah di alam arwah dahulu bukan akal kita. Tegasnya, cinta sejati sejak diri bermula ialah cinta Allah.
Malangnya, ramai manusia dipisahkan daripada cinta sejati itu sebaik sahaja mereka lahir ke dunia. Kita mula dipisahkan daripada cinta Allah seperti seorang anak yang dipisahkan daripada ibu sejatinya. Sejak itu tempat cinta sejati di hati kita telah diambil oleh ‘cinta angkat’. Kita telah terpisah dari Allah. Siapa yang memisahkan kita daripada cinta Allah? Sedih, yang memisahkan manusia daripada cinta Allah kerap-kalinya ialah ibu-bapa mereka sendiri. Ibu-bapa tidak mengenalkannya kepada Allah.
Akibat Benih Cinta Allah Terbiar
Konsep didikan yang bertitik-tolakkan ‘Awaludin makrifatullah’ – awal agama mengenal Allah’ tidak diberikan. Benih cinta Allah yang sudah ada dalam diri terbiar. Tidak dibajai dan diairi. Akibatnya, kita kenal ‘selain Allah’. Maka cinta kita pun beralih arah. Hakikat ini ditegaskan oleh sabda Nabi saw:
“Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan dia dilahirkan di atas fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Majusi atau Nasrani, seperti haiwan itu melahirkan haiwan yang sama secara utuh. Adakah kamu menemukan adanya kecacatan?”
Riwayat Bukhari
Bermula dari situ perpisahan dengan cinta Allah pun bermula. Makin bertambah usia semakin jauh jarak perpisahan itu. Kekadang oleh corak pendidikan yang diterima. Begitu juga media massa yang didengar dan lihat. Apa lagu yang didengarnya? Apa filem yang ditontonnya? Cinta siapa yang lebih kerap dilihat dan didengarinya? Malang sekali, bukan cinta Allah tetapi cinta selain-Nya.
Puluhan tahun si anak dibuai oleh cinta makhluk seperti seorang anak yang dipelihara oleh ibu angkatnya. Hati, pemikiran, perasaan bahkan jiwa telah diserah seluruh dan sepenuhnya kepada ‘cinta angkat’ itu. ‘Cinta angkat’ itulah yang mendodoikannya sejak dia dalam kandungan ibu, di dalam buaian, di rumah, di sekolah, di dalam masyarakat dan di seluruh persekitarannya. Pancaindera kita sepenuhnya berinteraksi dan berkomunikasi dengan cinta itu sahaja. Dan pada ketika itu manusia yakin sepenuhnya bahawa ‘cinta angkat’ itulah cinta sejati kita.
Mencari Cinta Sejati
Ada orang yang bernasib baik, tiba-tiba arus kesedaran melanda. Cahaya ilmu menerpa dengan tiba-tiba. Lalu tersentaklah dia bahawa cinta itu bukan cinta yang sejati. Ada cinta yang lebih hakiki. Itulah cinta Allah. Dia mencari cinta itu, seperti anak angkat yang mencari ibunya yang sejati. Lalu dia menemuinya.
Menerusi pengajian, melalui pembacaan, menerusi lidah para daie, melalui tarbiah para ulama tahulah dia bahawa Allah-lah cinta yang sejati. Namun… semuanya masih di daerah ilmu, bukan di alam rasa. Dia tahu Allah wajib dicintai, tetapi hatinya tidak merasai. Aduh, malangnya… akal tahu, hati tak mahu!
Apa yang perlu dibuat bila hati telah sakit? Tidak ada lain, kita mesti mengubat dan merawatnya. Samalah seperti fizikal yang sakit, ia perlukan ubat dan rawatan. Oleh kerana fizikal kita berasal dari tanah, maka buatnya pun mesti berasal dari tanah. Feram, Natrium, Magnesiam dan lain-lain unsur semuanya dari tanah. Herba juga demikian.
Ubat sakit fizikal yang berasal dari tanah juga berasal dari tanah. Namun hati adalah soal rohani, ia bukan berasal dari tanah. Jadi ubat dan penawarnya bukan dari tanah. Tetapi ubat bagi hati ialah kembali kepada asalnya, yakni kembali dekat kepada Allah.
Hati yang dekat kepada Allah akan tenang dan sihat semula. Ia telah kembali kepada fitrahnya. Itulah ubat hati. Namun jalan ke situ bukan mudah. Ubat sakit fizikal selalunya pahit. Rawatan sakit fizikal juga perit. Tetapi oleh kerana inginkan badan yang sihat kita rela menelannya. Kita rela berpantang. Menahan daripada makan makanan yang berkolestrol, lemak, manis, masin, berminyak walaupun itu semua kesukaan kita. Kita ikut semua nasihat doktor. Berlari, bersenam dan mengawal stresss… kita ikuti, patuhi walaupun berat kerana inginkan sihat.
Pengubat Hati
Maka begitulah jalan untuk menyihatkan hati. Penawarnya pahit. Ubat jarang yang manis. Namun, semua itu perlu ditempuh jua. Apakah ubat hati?
• Hadiri majlis ilmu iaitu ilmu yg memberi menfaat.
Mula-mula lazimilah menghadiri majlis ilmu. Ilmu adalah cahaya hati. Majlis ilmu adalah ‘taman syurga’ di dunia. Kata ulama, siapa yang tidak menghadiri majlis ilmu selama 40 hari (sesetengahnya mengatakan 7 hari) maka hati seseorang akan keras.
Walaupun berat kaki melangkah, gagahilah juga sepertimana pesakit yang terpaksa menelan ubat yang pahit. Terangi hati yang gelap dengan cahaya ilmu. Dengan ilmu kita dapat mengetahui sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna. Nama-Nya yang baik dan mulia.
• Amal ilmu, dirikan solat.
Dari sana, susuli langkah seterusnya. Ilmu imam, amal adalah makmumnya. Mulalah amalkan latihan-latihan asas dan teras untuk merawat hati. Ubat hati ialah zikrullah – ingat Allah. Dan cara mengingati Allah yang paling utama ialah mendirikan solat. Solat juga dikatakan berasal dari ‘silah’ (penghubung) antara hamba dengan Tuhan.
Fahami makna bacaan, hayati erti gerakan dan resapkan rasa-rasa daripada segalanya itu ke dalam hati. Walau susah sungguh, tetapi paksalah diri.
Sedangkan bisa boleh jadi biasa apabila dilazimi, apatah lagi ‘penawar’ tentulah lebih mudah kita biasakan apabila dilazimkan. Ingat solat itu penawar. Walaupun sukar kita merasa kemanisannya di peringkat awal, tetapi kemanisannya pasti datang juga jika kita berterusan mengamalkannya.
Ingat selalu kata-kata, mujahadah itu pahit kerana syurga itu manis. No pain, no gain. Sedangkan merebut cinta makhluk pun susah, apalagi mencari cinta Allah. Tentulah lebih susah. Tidak ada jalan mudah, itulah jalannya… jalan mujahadah.
• Berpantang
Seperti sakit fizikal yang perlu pada pantang larangnya, begitu jugalah ‘sakit hati’ ada juga pantang larangnya. Makan ubat tidak boleh diiringi makan ‘racun’. Apalah ertinya kalau kita rajin makan ubat penyakit darah tinggi, jika kita terus makan daging, garam dan lemak secara berlebihan?
Atau pesakit kencing manis yang rajin menyuntik insulin tetapi rajin juga minum teh tarik yang manisnya keterlaluan? Penyakit tidak akan sembuh, jika melanggar pantang. Bahkan, sesetengah pengamal perubatan menegaskan berpantang lebih baik daripada berubat.
Begitulah halnya dengan usaha penyembuhan ‘sakit hati’, ada pantang larang juga. Perlu ‘berpantang’ daripada perkara-perkara yang boleh menyuburkan nafsu. Misalnya, melihat, mendengar atau terlibat secara langsung dengan perkara-perkara yang diharamkan seperti pergaulan bebas, program hiburan yang merangsang nafsu, filem-filem lucah, dan lain-lain suasana yang boleh menyuburkan hawa nafsu. Sebaik-baiknya carilah kawan yang seiya sekata. Bentuk kumpulan kecil yang mempunyai satu fikiran, satu tujuan dan satu rasa – yakni sama-sama ingin mencari cinta Allah.
• Cari perkumpulan yang baik.
Untuk buat baik, perlu ada kumpulan. Untuk buat jahat, perlu ada ‘geng’. Bila ada perkumpulan (dulu dikampus sering dinamakan study group atau usrah), maka tentu ada program. Program yang baik boleh dibentuk sebagai alternatif kepada program yang negatif. Membaca dan mengkaji buku-buku agama, meningkatkan ilmu fardhu Ain, mendengar kuliah tafsir, mendengar nasyid-nasyid atau lagu-lagu yang baik, program riadah, sukan dan rehlah yang Islamik adalah program-program soleh yang boleh diatur oleh perkumpulan itu.
Ini adalah penebat kepada idea-idea nakal dan jahat yang boleh menggoda kita. Kita ada kawan, ada aktiviti dan akhirnya terbentuklah suasana dan persekitaran yang soleh. Masa lapang kita akan terisi. Ingat, musuh orang muda adalah ‘masa lapang’. Masa lapang ini perlu diisi dengan kesibukan belajar dan memperbaiki diri. Dengan adanya program-program ini pantang larang dalam usaha menyembuhkan hati yang sakit dapat dijaga. Ada kawan mengingatkan. Ada program yang menyibukkan. Ada suasana yang mencorakkan.
Inilah sebahagian langkah untuk mengubat ‘sakit hati’ di kalangan para orang muda masakini. Sebelum berpisah renungilah kata Imam Ghazali rhm:
“Pertama telah kupandang makhluk yang banyak ini. Maka aku saksikanlah bahawa, tiap-tiap mereka mempunyai kekasih dan kecintaan tempat hatinya tertambat. Sebahagian daripada kekasih itu hanya mendampingi sampai ke sakit yang membawa maut dan sebahagian lagi hanya sampai ke tepi liang kubur.
Setelah itu kesemuanya pulang dan meninggalkan terbaring seorang diri. Tak seorang jua pun yang turut masuk ke kubur dan menghiburnya di dalamnya. Yang demikian tak kudapati selain amal yang soleh. Sebab itu maka kuambil ia menjadi kekasihku, supaya kelak ia menjadi pelita di dalam kuburku, menghiburkan dan tidak meninggalkan aku seorang diri.”
Oleh itu, takutlah kepada kemurkaan Allah. Carilah keredhaan Allah ketika di dunia lagi. Di akhirat nanti, bukan tempat untuk berbuat beramal. Alam akhirat ialah tempat kita diperlihatkan kebaikan mahupun kejahatan walau sebesar zarah pun.
Ya Allah, bantulah kami untuk ingat pada Mu, syukur pada Mu dan mengelokkan ibadah kami kepada MU! Bantulah mujahadah kami ya Allah…